Bagi banyak orang, penggunaan rokok elektronik bisa dijadikan alternatif untuk rokok konvensional. Namun, rokok elektrik juga tidak aman. banyak penelitian menunjukkan rokok elektronik masih mengandung zat-zat beracun, bahkan menyebabkan risiko kanker 15 kali lebih tinggi dari rokok biasa.
Banyak pengguna rokok elektrik yang tertipu akan fungsi rokok ini, banyak orang menganggap rokok jenis ini aman dan bisa membantu menghentikan kebiasaan merokok. Namun, anggapan ini salah walau jumlah nikotin dan zat kimia berkurang ada bahaya lain yang mengintai juga yang dikeluarkan oleh rokok elektrik.
Racun yang dihasilkan dari rokok elektrik bahkan bisa meningkan risiko anda terkena kanker lebih tinggi. Pada 2015, Ilmuwan Amerika Serikat menyimpulkan, orang yang rutin menggunakan rokok elektronik berada pada risiko kanker 15 kali lebih tinggi daripada rokok biasa.
Para ilmuwan dari University of Portland Amerikan telah memeriksa jumlah formaldehida sebuah gas yang tidak berwarna dari rokok elektronik yang dihasilkan ketika cairan pemanasan mengandung nikotin dan aroma zat yang ditambahkan pada rokok.
Gas tersebut ternyata bisa memicu menjadi racun yang mengancam kesehatan. Bukan hanya akan merusak jantung saja, melainkan menumbuhkan sel abnormal yang memicu kanker.
Menurut Harvard studi University, 75% dari 51 minyak esensial dari rokok elektronik mengandung diacetyl, ini adalah zat yang menyebabkan penyakit paru obstruktif kronik. Pada rokok elektrik juga ditemukan logam berat beracun yang dibawa asap rokok elektronik seperti timah, nikel, timah dan merkuri.
Para ilmuwan dari Departemen Kesehatan Amrika juga menyimpulkan bahwa rokok elektronik mengandung karsinogen atau zat pemicu kanker berjumlah 10 kali lebih tinggi dari rokok biasa.